Esai dan Berfikir
Oleh: Faiz Agung Baskoro
Jatinangor - 18 November - 20 Desember 2013 Fakultas
Psikologi Universitas Padjadjaran melalui acara Psyfair mengadakan suatu
kegiatan yang bertujuan untuk menstimulasi mahasiswa psikologi strata satu (S1)
di pulau jawa untuk berfikir logis dan kritis mengenai permasalahan dilingkungan
yang ada disekitarnya, khususnya di sekitar kampus. Adapun bentuk dari
kegiatannya adalah lomba esai akademik.
Esai merupakan
salah satu bentuk pencurahan pemikiran manusia (Adorno et al, 1984). Dari pernyataan
tersebut, dapat kita ketahui bahwa esai mampu menjadi representasi dari gagasan
atau ide yang ada didalam diri seseorang. Hal tersebut hanya dapat muncul apa
bila seseorang telah memikirkan suatu peristiwa tertentu baik secara riil atau
imajiner.
Namun, pada
perlombaan ini peserta diminta untuk membuat esai yang mana ide atau thesis yang hendak disampaikan diangakat
dari fenomena yang benar-benar terjadi (empiris), didukung dengan asumsi-asumsi
yang masuk akal (logis), dan memiliki alur (sistematis). Dengan demikian,
peserta akan tergugah untuk mengkaji lebih dalam mengani ide dibalik suatu
fenomena atau, sebaliknya, fenomena yang tepat untuk menerapkan atau
mendeskripsikan suatu ide. Pada akhirnya peserta diharap mampu membentuk suatu thesis yang padu dari fenomena yang
nyata dan didukung asumsi-asumsi yang logis dan valid (teori atau penelitian)
sesuai dengan disiplin ilmu yang dipelajari, psikologi.
Tema yang
diangkat, Meneropong masyarakat: Cermati
lingkungan sekitarmu, bangun masa depan yang lebih baik, adalah langkah
untuk mengarahkan peserta agar membuat gagasan berdasarkan permasalahan
dilingkungan disekitarnya.
Pada lembar
berikutnya akan disajikan salah satu esai dari peserta kompetisi esai Psyfair
2013. Melalui karya tersebut, semoga para pembaca dapat memahami dengan lebih
mendalam bagaimana esai (khusunya esai akademik) dapat memicu seseorang untuk
lebih kritis dengan cara mendorong penulisnya untuk menyajikan ide dengan lebih
kokoh.
Referensi:
Adorno, T.W et al. 1984. The Essay as Form. New German Critique, No. 31, pp. 151-171.
ASSESSMENT
CENTER SEBAGAI UPAYA SOLUTIF MEMAKSIMALKAN
KUALITAS CALON PRESIDEN
Masa kepemimpinan Susilo Bambang
Yudhoyono–Boediono
sebagai pemimpin negara akan segera memasuki babak akhir. Hanya tinggal beberapa
bulan lagi bagi kita sebagai rakyat Indonesia untuk terus membuka lebar mata,
telinga, dan hati dalam memperoleh informasi terkait calon-calon presiden yang
bersaing sebelum memutuskan mana pilihan terbaik di pesta demokrasi terbesar bagi
bangsa ini. Lewat hasil dari pemilihan umumlah harapan rakyat akan
terkombinasikan dengan visi misi yang diusung oleh presiden terpilih nantinya.
Kombinasi tersebut bisa menjadi sesuatu yang ideal bagi rakyat, namun bisa juga
membuat sesuatu yang menggeramkan apabila bongkahan harapan tersebut hanya terserak
tanpa perwujudan. Kepemimpinan yang efektif dari seorang presiden menjadi
sangat penting adanya untuk membawa rakyatnya menuju kombinasi ideal tersebut.
Presiden; Pemimpin Bangsa yang Tak Cukup
Sekedar Berani
Kepemimpinan merupakan proses dimana
pemimpin mempengaruhi orang lain. Pemimpin sendiri adalah orang yang dapat
mempengaruhi orang lain agar dapat lebih efektif dalam mencapai tujuan bersama
dan orang yang mempertahankan relasi kerja yang efektif antaranggotanya
(Johnson & Johnson, 2009). Dalam kehidupan berbangsa, presiden mestinya ada
di jajaran paling atas dalam hal dipatuhi, dipercayai, dikagumi, dan disayangi
oleh rakyatnya. Segala bentuk perilaku, kepribadian, dan prestasinya seharusnya
merupakan refleksi dari rakyat yang ia pimpin bukan hanya sekedar berani
mencalonkan diri untuk memimpin bangsa.
Menurut Situational Theory of
Leadership (dalam Northouse, 2007) pemimpin yang baik adalah pemimpin yang
fit dengan lingkungannya. Pemimpin bukan hanya soal pewarisan gen-gen pemimpin
kepada generasi sedarah, tetapi juga ada persoalan siapa yang mau, siapa yang
siap, dan siapa yang memiliki kemampuan pemimpin yang efektif dalam berdamai
dengan kondisi lingkungan. Artinya, kehadiran presiden yang bisa dan siap menjadi
pemimpin yang efektif bagi rakyatnya mutlak diperlukan.
Kepemimpinan yang efektif dapat tercapai
jika presiden sebagai pemimpin memiliki berbagai kemampuan tertentu guna
menyeimbangkan orientasi tugas dan relasi sosialnya. Thornton & Rupp (2006)
mengemukakan berbagai dimensi yang berkaitan dengan kemampuan manajerial, yaitu
kemampuan menganalisis masalah, decision-making, kepemimpinan, empati,
keterampilan administratif, kemampuan mendelegasikan, merencanakan dan
mengorganisasikan sumber daya, toleransi stress, kerjasama, serta komunikasi
tertulis dan lisan. Maknanya, pemimpin dengan kualitas terbaik pada berbagai
dimensi tersebutlah yang dicari karena dapat membuat kepemimpinannya menjadi
efektif.
Maksimalisasi Kualitas Melalui Assessment
Center
Muncul pertanyaan yang sangat penting
dijawab, “Bagaimana kita tahu calon presiden A lebih bisa menjadi pemimpin bagi
rakyat dari sekian banyak calon lainnya sedangkan referensi yang digunakan
untuk memilih lebih banyak berdasarkan apa kata orang terdekat, kesan pertama
yang ditangkap saat pengumuman dan penetapan calon-calon presiden yang akan
bersaing, performa saat penyampaian visi misi dan debat di layar kaca,
sosialisasi foto dan slogan pada spanduk di jalan-jalan, atau mungkin
‘penerawangan bebas tanpa referensi’ ketimbang kita memang sudah diyakinkan
dengan suatu ‘fasilitas’ mengenai kualitas calon presiden tersebut sebelum mereka dipertontonkan kepada publik di layar
kaca untuk menyampaikan visi misi, kampanye, dan berbagai sosialisasi lanjutan
setelahnya?” Belum lagi jika memang kita tidak pernah tertarik untuk mengetahui
siapa calon pemimpin kita, Kemungkinannya dua, asal coblos dan tidak
menggunakan hak pilih.
Jika kedua respon tadi dianggap sebagai
respon yang paling tidak diharapkan muncul dari rakyat, maka berdasarkan teori
stimulus-respon, perlunya modifikasi stimulus agar pengolahan informasi menjadi
lebih baik dan mengarahkan pada respon yang lebih baik pula, dalam konteks ini
memilih dengan matang berdasarkan informasi yang telah didapat. Telah disinggung
di paragraf sebelumnya, perlunya suatu ‘fasilitas’ yang bisa meyakinkan kita
bahwa orang-orang yang dipublikasikan saat penetapan calon-calon presiden oleh
Komisi Pemilihan Umum adalah memang calon-calon pemimpin terbaik bagi bangsa. Fasilitas
yang dimaksud adalah assessment center. Thornton & Rupp (2006)
menyatakan bahwa metode assessment center merupakan prosedur yang
digunakan oleh manajemen sumber daya manusia untuk mengevaluasi dan
mengembangkan personel dalam hal karakteristik atau kemampuan yang relevan
untuk efektivitas organisasi. Kegunaannya adalah memutuskan calon mana yang layak
diseleksi atau dipromosi, mendiagnosis kekuatan dan kelemahan calon dalam
keterampilan terkait pekerjaan sebagai awal pengembangan, dan mengembangkan keterampilan
kerja yang relevan. Penilaian akan kemampuan calon (assessee) dilakukan
oleh beberapa penilai (assessor) melalui observasi dan evaluasi atas
performa yang calon tampilkan berdasarkan simulasi atau teknik assessment
center yang diberikan kepada calon-calon.
Mengingat assessment center ini
lebih ditujukan pada kepentingan manajerial (Thornton & Rupp, 2006),
penerapannya dalam upaya maksimalisasi kualitas calon-calon presiden tentu
sangat bisa dimanfaatkan. Assessor dapat menjaring kemampuan yang
dibutuhkan dan karakteristik personal
pemimpin yang sukses dari seorang presiden melalui berbagai teknik dalam assessment
center. Seperti contoh, dalam teknik in-basket exercise, dengan cara
menyediakan ruangan yang telah diatur senyata dengan tempat kerja asli yang
akan ditempati, assesse akan menerima berbagai macam dokumen yang isinya
mungkin berupa surat penting ataupun memo dimana dimensi yang dijaring adalah
bagaimana ia menganalisis keadaan dan membuat keputusan, menoleransi ketegangan
dimana waktu penyelesaiannya yang terbatas, keterampilan administratifnya, dan
kemampuan komunikasi tertulisnya. Teknik lain, leaderless group discussion,
dimana para assessee berdiskusi untuk mencari solusi atas suatu masalah
tanpa ada status pemimpin di dalam kelompok assesse tersebut. Assessor
dapat melihat dimensi bagaimana kemampuan analisis masalah, pembuatan
keputusan, kerjasama tim, komunikasi lisan, aspek kepemimpinan yang terlihat
dalam kelompok, dan inisiatif. Teknik-teknik lain dalam assessment center antara
lain written case analysis, oral communication, interview stimulation, oral
fact finding, game, dan assigned group task. Semua teknik ini dapat
dilakukan untuk mengukur berbagai dimensi terkait kemampuan manajerial yang
memang dibutuhkan oleh seorang presiden nantinya.
Calon Terseleksi, Rakyat Siap Memilih
Setelah melalui assessment center,
calon-calon presiden terbaik yang lulus penilaian dan seleksi dikembalikan
kepada rakyat untuk dipilih. Secara kualitas, tidak perlu dipertanyakan lagi
dan sudah barang tentu, kewajiban dari lembaga yang melakukan assessment
center tersebut melakukan sosialisasi gambaran kepemimpinan para calon.
Tujuannya adalah meyakinkan sekaligus memberikan pencerahan kepada rakyat
tentang sosok yang akan memimpin mereka selama beberapa tahun ke depan.
Informasi kepemimpinan para calon selanjutnya akan menjadi referensi awal yang
baik dalam rangka pengambilan keputusan dalam memilih bagi rakyat. Oleh karena
itu, assessment center bisa menjadi upaya yang solutif dalam menyaring
kualitas calon pemimpin, khususnya presiden. Harapannya, dengan adanya
informasi mengenai calon-calon presiden terbaik yang tidak diragukan lagi
kemampuannya, rakyat semakin peka dengan pemilihan umum dimana keputusannya
untuk memilih calon presiden yang tepat pada pesta demokrasi tersebut sangat
berpengaruh terhadap nasib bangsa ke depannya. Selamat menimbang kualitas dan
memilih calon presiden kita!
Didik
Iswahyudi – Universitas Padjadjaran
Juara I Kompetisi Esai Psyfair 2013
Referensi:
·
Johnson, D. W. & Johnson, F. P. 2009. Joining Together Group
Theory and Group Skills 10th edition . New Jersey: Pearson
·
Northouse, P.G. 2007. Leadership Theory and Practice. Sage
Publications, Inc. Thousand Oaks, CA.
·
Schermerhorn, J.R. 2010. Introduction to Management 10th
edition. Iowa: John Wiley &Sons
·
Thornton, G.C. & Rupp D.F. 2006. Assessment Centers in Human
Resource Management. New Jersey: Lawrence Erlbaum Associates, Inc.
0 comments